FITRAH

FITRAH[1]
Oleh: Prof. Dr. Seyed Mofid Hoseini Kauhsari
(Guru Besar Ilmu Al-Quran dan Tafsir ICAS Jakarta)

A.    Tujuan Review
Review ini bertujuan untuk lebih mengenal fitrah sebagai salah satu potensi yang sudah ada pada diri manusia.
B.     Deskripsi
Manusia memiliki malakah(karakter), entah karakter baik maupun karakter buruk. Dalam islam, karakter manusia berdasarkan cara mendapatkannya dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Karakter yang diraih dengan upaya yang sulit dan perlu kerja keras dalam menggapainya; serta
2.      Karakter yang diraih tanpa usaha. Adapun karakter yang diraih tanpa usaha ini, terbagi kepada dua hal, yakni ruh dan fitrah.
Berbicara mengenai fitrah, fitrah merupakan sebuah potensi yang ada dan hanya ada pada manusia dan tidak ada pada makhluk lain. Fitrah manusia sangatlah tidak terbatas, sebagaimana halnya manusia yang tidak pernah merasa cukup.
Fitrah terbagi menjadi dua, yakni pengetahuan tentang fitrah serta kecenderungan fitrah. Kecenderungan fitrah itu terbagi pada lima bagian, di antaranya:
1.      Kecenderungan mencitai kebenaran;
2.      Kecenderungan mencitai ilmu;
3.      Kecenderungan mencitai kebaikan;
4.      Kecenderungan mencitai keutamaan dan keindahan; dan
5.      Kecenderungan mencitai bidang kreativitas.

Dalam Islam, fitrah menjadi landasan pendidikan Islam. Pendidikan yang berlandaskan kepada fitrah akan terus berupaya dan berkembang menuju pada kebenaran, sebagaimana fitrah itu sendiri yang cenderung kepada kebenaran.
Mengapa manusia membutuhkan agama?
Selama ini orang beranggapan bahwa nabi dan para rasullah yang membawa dan menyebarkan agama. Namun hal yang terlupakan yang tidak diketahui adalah, bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk beragama. Setiap manusia cenderung pada kebenaran dan cenderung mencari sesembahan.
Dalam Islam, fitrah menjadi landasan agama. Rasulullah Saw., membawa agama kepada manusia bukanlah seperti sedang mencoba mengisi selembar kertas kosong, namun sejatinya manusia dalam dirinya sudah memiliki kecenderungan kepada kebenaran. Dan Rasulullah Saww., datang untuk menyempurnakan dan meningkatkan kecenderungan tersebut.
Dalam akhlak, manusia mempunyai potensi menuju kesempurnaan tak terbatas. Dan Tuhan adalah tak terbatas. Dengan potensi fitrah yang ada pada manusia, manusia bisa menjadi manifestasi-manifestasi Tuhan. Dengan ilmu akhlak yang berlandaskan pada fitrah, manusia memiliki potensi untuk menyerap seluruh asma-asma ilahi, kecuali zat-Nya.
Manusia juga memiliki fitrah sosial. Kesempurnaan manusia juga diperoleh dari pergaulan dengan masyarakat. Orang-orang yang mengunci dirinya dan tidak mau bermasyarakat, maka semua potensi-potensi yang ada tidak akan berkembang.
C.    Analisis
Dalam pembahasan pemateri, disampaikan bahwa fitrah menjadi faktor penting yang mempengaruhi kehidupan manusia. Pendidikan, agama, akhlak, dan sebagainya, semuanya dipengaruhi oleh fitrah manusia tersebut.




[1] Disampaikan dalam Seri Seminar Nasional “Al-Quran dan Berbagai Dimensi Kehidupan Manusia” di Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, (Jumat, 31 Oktober 2014).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ELIF SAFAK: “EMPAT PULUH KAIDAH CINTA” SANG DARWIS PENGELANA

DINASTI SAFAWIYAH (1501 M - 1736 M)

AL FUTUHAT AL MAKKIYAH