KEBAHAGIAAN DAN PENDERITAAN DALAM AL-QURAN
KEBAHAGIAAN DAN PENDERITAAN DALAM AL-QURAN[1]
Oleh: Prof. Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA
(Guru Besar Ilmu Al-Quran dan Tafsir IIQ)
A. Tujuan Review
Review ini bertujuan untuk lebih mengenal kebahagiaan dan penderitaan dalam pandangan AL-Quran sebagai salah satu bagian yang ada pada diri manusia.
B. Deskripsi
Dalam kehidupan manusia, manusia selalu dihadapkan pada dua hal. Kebahagiaan dan penderitaan, kebaikan dan keburukan, dan lain sebagainya. Dalam Al-Quran, kebahagiaan dan penderitaan merupakan tujuan hidup manusia. Ketika manusia berusaha meraih kebahagiaan di dunia, maka mereka mereka akan bahagia, begitu pun sebaliknya.
Secara lahiriah, kebahagiaan adalah gambaran dari raga yang sehat, harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi, dan lain sebagainya. Namun sejatinya kebahagiaan adalah orang yang bertakwa kepada Allah, karena sebaik-baiknya kebahagiaan adalah takwa.
Secara garis besar, kebahagiaan dan penderitaan terbagi pada dua macam, yakni kebahagiaan dan penderitaan di dunia serta kebahagiaan dan penderitaan di akhirat. Orang-orang yang bahagia di dunia belum tentu bahagia di akhirat, dan orang yang menderita di dunia belum tentu menderita di akhirat. Begitu pun dengan penderitaan.
Kebahagiaan di dunia berarti serba berkecukupan, punya kendaraan, harta yang berlimpah, keluarga yang saleh, dan lainnya. Sedangkan kebahagiaan di akhirat yakni, dipercepatkan hisabnya, masuk surga, mendapat nikmat Allah, bertemu dengan Allah dan Rasul-Nya, dan lainnya.
Penderitaan di dunia adalah sakit, musibah, serba kekurangan, dikucilkan oleh masyarakat, dan lainnya. Sedangkan penderitaan di akhirat adalah mendapat azab kubur, dipersulit hisabnya, dan pastinya masuk neraka.
Menurut para Sufi hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya adalah mengikuti yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, yang mana kebahagiaan ini tidak akan bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Adanya kebahagiaan dan penderitaan memiliki beberapa hikmah, di antaranya:
1. Orang yang mengetahui kebahagiaan, ia akan lebih bersyukur dan yang mengetahui kesengsaraan ia akan lebih bersabar;
2. Hal ini juga dapat meningkatkan kecintaan kita kepada Allah; serta
3. Pelajaran bagi kehidupan.
C. Analisis
Kebahagiaan dan penderitaan di dunia maupun akhirat oleh sang pemateri, bisa dikatakan sebagai gambaran secara umum yang diajarkan dalam Islam. Sebagai tambahan, ketika berbicara kebahagiaan dalam Al-Quran, sepantasnya kita merujuk satu kata yakni falah.
Jalaluddin Rakhmat menyebutkan bahwa falah memiliki makna seperti kemakmuran, keberhasilan, atau pencapaian apa yang kita inginkan atau kita cari; juga kebahagiaan berarti sesuatu yang dengannya kita berada dalam keadaan bahagia atau baik; terus-menerus dalam keadaan baik; menikmati ketenteraman, kenyamanan, atau kehidupan yang penuh berkah; keabadian, kelestarian, terus-menerus, keberlanjutan[2]. Dan perincian makna falah tersebut menjadi komponen-komponen kebahagiaan[3].
Selain hal itu, kebahagiaan dan penderitaan juga berkaitan dengan jiwa. “Kebahagiaan atau kesenangan bisa diartikan sebagai suatu kondisi yang dialami oleh jiwa ketika ia merasakan sesuatu yang harmonis dengan keadaan alamnya sendiri”[4]. Sedangkan kesengsaraan atau penderitaan dirasakan ketika jiwa berhubungan dengan sesuatu yang tidak harmonis dengan alamnya[5].
[1] Disampaikan dalam Seri Seminar Nasional “Al-Quran dan Berbagai Dimensi Kehidupan Manusia” di Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, (Jumat, 14 November 2014)
[2] Jalaluddin Rakhmat. Tafsir Kebahagiaan. (Jakarta: Serambi, 2010)., hal. 17
[4] Muhammad Mahdi Ibn Abi Dzar an-Naraqi. Penghimpun Kebahagiaan. Terj. Ilham Mashuri dan Sinta Nuzuliana. (Jakarta: Penerbit Lentera, 2003)., hal. 22
Komentar
Posting Komentar