MANUSIA DALAM AL-QURAN

MANUSIA DALAM AL-QURAN[1]
Oleh: Prof. Dr. Seyyed Mofid Hoseini Kauhsari
(Guru Besar Ilmu Al-Quran dan Tafsir ICAS Jakarta)

A.    Tujuan Review
Review ini bertujuan untuk mengenai beberapa pandangan Al-Quran terhadap manusia.

B.     Deskripsi
Ketika membicarakan perihal manusia dalam pandangan Al-Quran, maka banyak sekali aspek yang bisa dilihat. Namun setidaknya, hal yang perlu kita ketahui adalah mengenai Ma’rifatu al-Nas. Dengan ma’rifatu al-nas, kita bisa lebih mengenal tuhan dan alam semesta. Sebagaimana diungkapkan bahwa:
“Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal tuhannya.”
Jadi, jangan sampai kita melupakan terlebih tidak mau mengenal tuhan kita. Karena dengan begitu kita akan melupakan diri kita juga.
Dalam Al-Quran, pada satu ayat Allah memuji manusia, namun pada ayat yang lain Allah merendahkan manusia. Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan “kenapa?”.
Ada beberapa ayat dalam Al-Quran yang memberikan pujian kepada manusia, di antaranya:
- Ayat yang menyebutkan bahwa Allah mengutus manusia di muka bumi ini sebagai khalifah;
- Ayat yang menjelaskan bahwa manusia adalah sebaik-baiknya ciptaan;
- Ayat yang menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk pilihan;
- Ayat yang menjelaskan bahwa manusia memiliki ikhtiarnya sendiri;
- Ayat yang menjelaskan bahwa manusia adalah penanggung amanah, di mana tidak ada makhluk lain yang sanggup menerima amanah tersebut;
- Ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Allah memuji bani Adam;
- Ayat yang menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang lebih tinggi dari malaikat;
- Ayat yang menjelaskan bahwa alam semesta/ langit dan bumi beserta isinya tunduk kepada manusia; dan
- Ketika manusia dilahirkan, bersamaan dengan dirinya telah terdapat tabiat dan fitrah. Fitrah adalah yang mengantarkan manusia pada sifat terpuji, sedangkan tabiat mengantarkan manusia kepada kerendahan.

Di dalam diri manusia terdapat dua aspek, yakni aspek Perolehan dan aspek tanpa Perolehan (telah ada pada diri manusia). Aspek tanpa Perolehan itu terbagi kepada tiga hal, di antaranya:
- Aspek material manusia;
- Aspek seperti hewan, yakni syahwat dan pembelaan diri;
- Aspek kecenderungan yang bersifat fitrah atau realitas.




[1] Disampaikan dalam Seri Seminar Nasional “Al-Quran dan Berbagai Dimensi Kehidupan Manusia” di Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, (Jumat, 24 Oktober 2014).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ELIF SAFAK: “EMPAT PULUH KAIDAH CINTA” SANG DARWIS PENGELANA

DINASTI SAFAWIYAH (1501 M - 1736 M)

AL FUTUHAT AL MAKKIYAH