PERJALANAN RUHANI DALAM AL-QURAN (EMPAT MACAM IQRA’)

PERJALANAN RUHANI DALAM AL-QURAN (EMPAT MACAM IQRA’)[1]
Oleh: Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA
(Guru Besar Ilmu Tafsir dan Rektor PTIQ)

A.    Tujuan Review
Review ini bertujuan untuk lebih mengenal perjalanan ruhani manusia dalam Al-Quran yang dikaitkan dengan Iqra’ sebagai wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saww.

B.     Deskripsi
Nabi Muhammad Saww., melakukan perjalanan spiritual di Gua Hira selama 6 tahun lamanya menantikan turunnya Al-Quran, hingga Jibril a.s., membawa wahyu pertama dan menyuruh Nabi untuk membaca Iqra’. Hal tersebut dijawab oleh Nabi dengan ucapan Ma ana yaqra’ (Saya tidak bisa pertanyaan itu), hingga diulangi sampai tiga kali.
Ketika Nabi menjawab Ma ana yaqra’, bukan berarti Beliau tidak bisa membaca huruf hijaiyyah. Maksud tidak bisa membaca di sini ialah bahwa Nabi belum pernah mengenal Al-Kitab (Al-Quran), karena Al-Kitab tidak pernah diperkenalkan pada masa itu.
Nabi Saww., dikenal dengan gelar al-ummi. Dalam bahasa kontemporer, al-ummi didefinisikan sebagai buta huruf. Akan tetapi maksud al-ummi yang digelarkan kepada Nabi adalah penuh kasih sayang layaknya seorang ibu (Ummi) kepada anaknya.
Tatkala malaikat Jibril a.s., membacakan iqra’ kepada Nabi sebanyak tiga kali, pengulangan tersebut memiliki hikmah tersendiri.
1.      Iqra’ pertama memiliki arti membaca;
2.      Iqra’ kedua diartikan bagaimana kita menganalisis, mendalami atau mempelajari; dan
3.      Iqra’ ketiga diartikan bagaimana untuk mengerti (How do understand), yakni keterlibatan emosi dalam membaca Al-Quran.
4.      Kemudian ada iqra’ yang keempat (iqra’ wa rabbuka al-akram). Yakni kita dipahami oleh Al-Quran. Dalam hal ini kita memiliki hubungan batin antara yang membaca dengan yang membaca. Kita memahami Al-Quran dan Al-Quran memahami kita.
Keempat makna iqra’ ini menunjukkan tingkatan ruhani manusia. Untuk menggapai tingkatan pertama dan kedua, tidaklah terlalu sulit. Namun untuk mencapai tingkatan ketiga dan keempat, kita harus memiliki ilmu huduri atau tazkiyah an-nafs.
C.    Analisis
Dalam penyampaian perjalanan ruhani dalam Al-Quran, pemateri mengaitkan tingkat perjalanan tersebut dengan ayat pertama turun. Tingkatan perjalanan ruh manusia dikaitkan dengan tingkatan iqra’ yang bisa mereka capai.




[1] Disampaikan dalam Seri Seminar Nasional “Al-Quran dan Berbagai Dimensi Kehidupan Manusia” di Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, (Jumat, 7 November 2014).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ELIF SAFAK: “EMPAT PULUH KAIDAH CINTA” SANG DARWIS PENGELANA

DINASTI SAFAWIYAH (1501 M - 1736 M)

AL FUTUHAT AL MAKKIYAH