SISTEM PENDIDIKAN QURANI
SISTEM PENDIDIKAN QUR’ANI[1]
Oleh: Prof. Dr. Ayatullah Seyyed Mundzir al-Hakim
(Guru Besar Al-Mustofa International University, Qum-Iran)
A. Tujuan Review
Review ini bertujuan untuk mengungkap sistem pendidikan yang berpedoman kepada Al-Quran. Fokusnya pada hal yang membodohi manusia, sehingga membuat manusia tertipu dan terlena. Dan pengenalan tentang akal yang menjadi faktor utama yang berhubungan dengan pembentukan pendidikan serta pengembangan diri yang baik.
B. Deskripsi
Menjadi orang yang lebih baik, khususnya dalam pendidikan adalah keinginan banyak orang. Namun perlu diketahui bahwa “Seseorang yang hendak mendidik dirinya harus menyucikan dirinya”.
Meskipun setiap orang ingin menjadi lebih baik, namun disadari atau tidak, mereka sering terlena. Terlena dengan dunia yang bersifat sementara, yang mana jika mereka hanya berpegang ke dunia tersebut, tentunya mereka tidak akan pernah bisa menggapai keinginannya tersebut.
Al-Imam Ali Ibn Abi Thalib k.w., mengatakan “Dunia hanyalah jembatan tempat persinggahan sementara”. Maka dari pada itu, kita jangan sampai tertipu oleh hal yang bersifat sementara, sementara akhirat yang lebih baik menunggu kita.
Muncul dua pertanyaan besar dalam diri kita, yakni:
1. Kenapa manusia bisa tertipu oleh dunia yang bersifat sementara?
2. Bagaimana bisa terlepas dari tipuan (dunia) tersebut?
Jawaban singkat untuk merangkum kedua pertanyaan tersebut ialah yang tertera pada Al-Quran surah Al-A’la [87] ayat 16 yang intinya “Dunia hanyalah sesuatu yang akan segera sirna dan akhiratlah yang lebih, bahkan terbaik. Dan seseorang yang memahami hal ini tentunya ia akan lebih memilih akhirat”.
Terlepas dari hal itu, hal yang paling jelas adalah “Kebodohan” menjadi faktor atau penyebab utama manusia tertipu, dan ilmulah yang membebaskan mereka. Ilmu itu adalah ilmu yang mengantarkan diri kita untuk menyadari tentang Tuhan kita, dan itulah ilmu yang bermanfaat bagi diri kita.
Dalam Al-Quran surah Al-Zumar disebutkan istilah “Ulil Al-bal”. Ulil al-bab adalah orang yang menggunakan akalnya. Akal adalah faktor utama yang bisa menghindarkan diri dari hal yang buruk (misalnya kebodohan). Dan sebagaimana yang kita ketahui, Nabi adalah orang yang diberikan kesempurnaan akal, yang dengan akal tersebut dia bisa memilih yang terbaik di antara yang paling baik. Allah mendidik akal manusia hingga ia sampai kepada kesempurnaan dirinya. Dan akal menjadi kunci untuk membuka dan mengembangkan diri manusia.
Pertanyaan selanjutnya “Apa yang harus dilakukan untuk kesempurnaan akal?”
Menjawab pertanyaan ini, ada tiga hal yang perlu diketahui tentang akal, di antaranya:
1. Akal akan memanfaatkan kesempatan sebagai upaya untuk mengembangkan diri;
2. Akal yang selalu digunakan untuk mengungkap kebenaran;
3. Akal yang menjadi proses yang mendorong diri untuk meningkatkan pengetahuan.
Dan perlu diwaspadai bahwa “akal menjadi budak ketika hawa nafsu menjadi pemimpinnya”. Maksudnya ialah ketika akal dikendarai atau dikendalikan oleh hawa nafsu. Selain hal di atas, ada hal yang menyebabkan kematian akal, di antaranya ialah ujub; tamak; dan sombong.
C. Analisis
Sebagaimana pendidikan pada umumnya, dalam pembahasan Pendidikan Qur’ani, faktor penting yang mempengaruhi pendidikan seseorang adalah akal. Yang menjadikan perbedaannya adalah pendidikan qurani mengajarkan akal untuk tidak dikendalikan oleh nafsu.
Sebagaimana diistilahkan dengan ulil al-bab, yakni orang-orang yang bisa mengendalikan akalnya. Akalnya yang menuntunnya untuk mengarah ke jalan yang lebih baik.
[1] Disampaikan dalam Seri Seminar Nasional “Al-Quran dan Berbagai Dimensi Kehidupan Manusia” di Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, (Jumat, 17 Oktober 2014).

Komentar
Posting Komentar